Selasa, 18 Juni 2013

Teknik Bedah Sedot Lemak yang Aman (FKUI 20 April 2001)

Teknik Bedah Sedot Lemak Yang Aman  
Edwin Djuanda

Jakarta, Indonesia 

ABSTRAK:
Era Bedah Sedot Lemak (liposuction) dimulai oleh Fischer& Fischer di tahun 1976. Pada perkembangannya, sumbangsih dermatologis sangatlah besar terutama dengan ditemukannya teknik tumesen oleh Dr.KLEIN di tahun 1987, yang membuat liposuction menjadi sangat aman, dapat dilakukan dalam bius lokal 100% dan hasil lebih baik. Teknik teraman liposuction saat ini adalah menggunakan teknik tumesen, kanula tumpul dan membatasi cairan masuk dan jumlah lemak yang keluar.
Injeksi lemak (fat /lipo transplant/injection) merupakan suatu skin filler yang alamiah, aman, tidak alergi, banyak tersedia , tetapi tidak mudah digunakan karena harus melakukan liposuction dulu, dengan hasil yang cukup baik asalkan menggunakan prosedur atraumatis, dan  bila perlu melakukannya beberapa kali.

Sejarah Bedah Sedot Lemak (liposuction (1)
Ide untuk mengambil lemak yang berlebihan pada bagian tubuh bukanlah merupakan hal yang baru. Pada tahun 1921, CHARLES DUJARRIER dari Perancis, berusaha mengerok lemak dari betis dan lutut seorang penari wanita, menggunakan kuret uterus. Terjadi komplikasi serius, karena trauma pada arteri femoralis, dengan akibat kaki sang penari harus di amputasi.
Tahun 1964, SCHRUDDE  mengambil lemak betis dengan menggunakan insisi kecil dan kuret dengan akibat hematoma dan seroma. PITANGUY menyukai sayatan en bloc lemak dan kulit untuk mengurangi timbunan lemak, tetapi bekas luka (skar) pada kulit yang panjang membuat teknik ini tidak popular.

Era liposuction modern dimulai setelah ayah dan anak ARPAD dan GIORGIO FISCHER  dari Roma membuat kanula tumpul berlubang yang dilengkapi dengan alat penyedot. Beberapa kanula awalnya juga dilengkapi dengan pisau tajam. Publikasi Fischer dilakukan pada tahun  1976. Mereka juga mengembangkan metoda kris-kros pada penyedotan. Teknik ini memberikan hasil yang baik.
PIERRE FOURNIER  dari Paris, menunjukkan interes besar pada teknik sedot lemak dari Fischer. Fournier merupakan pelopor  teknik kering (dry technique) , yaitu tidak ada cairan yang disuntikkan ke jaringan lemak. Fournier menjadi pemimpin liposuction dan lipoinjection di dunia, mengadaptasikan teknik tumesen (tumescent technique), dan berkeliling dunia mengajarkan dan mempopulerkan liposuction.). Di pihak lain, ILLOUZ juga dari Paris, lebih menyukai teknik basah (wet technique) dengan menggunakan saline hipotonik dan enzim hyaluronidase yang dianggap berfungsi sebagai “hydrodissecting”: dengan tujuan mempermudah penyedotan lemak, mengurangi trauma dan  perdarahan. ILLOUZ banyak melakukan  publikasi ilmiah ke seluruh dunia.
 Di Amerika Serikat, pada tahun 1977 LAWRENCE FIELD (dermatologis)  merupakan dokter Amerika pertama yang melakukan liposuction setelah belajar pada ILLOUZ dan FOURNIER. Tahun 1987 JEFFERY KLEIN (dermatologis)  melaporkan penemuannya mengenai teknik anestesi tumesen (tumescent anesthesia).  Inovasi ini melakukan infiltrasi lidokain encer dengan adrenalin sehingga sangat mengurangi perdarahan dan dapat melakukan liposuction hanya dengan bius lokal saja. Penemuan ini membuat revolusi liposuction di dalam setiap bidang spesialisasi. Komplikasi liposuction , terutama perdarahan menjadi sangat  minimal (10). Sebelum penemuan Klein, anggapan  umum dunia medis adalah keharusan transfusi darah bagi pasien yang menjalani liposuction. 
Sejarah sedotlemak di Indonesia:
Di Indonesia , liposuction dilakukan sejak tahun 1980-an, tetapi dengan adanya 1 kasus kematian, liposuction menjadi menakutkan dan sangat tidak popular.
Bulan November  tahun 1990 ,Perdoski Pusat mengadakan kursus pertama KURSUS BEDAH KULIT NASIONAL  di RSPAD Gatot Subroto dengan pengajar antara lain Dr Lawrence Field, Prof Marwali Harahap,dr IGAK Rata,dr Sjarif M.Wasitaatmadja, dr Edwin Djuanda (yang baru mengikuti Kursus Liposuction di Graduate Hospital, Philadelphia). Dalam kursus tersebut  liposuction termasuk dalam salah satu topik yang diajarkan baik teori maupun praktek. Pada akhir tahun 1980-an/ awal 1990,reaksi dari dunia medis Indonesia  terhadap liposuction umumnya cenderung melarang dan mencegah agar liposuction tidak dilakukan lagi karena membahayakan jiwa pasien.
Hal ini tidak mengherankan,  karena dunia medis Indonesia masih belum mendapat informasi dan belum percaya bahwa liposuction dapat dilakukan dengan bius lokal 100%. Sekarang tumescent anesthesia dilakukan oleh hampir seluruh dokter liposuction di seluruh dunia.
Diantara  tahun1990-2000 beberapa kali Marwali Harahap mendatangkan para ahli bedah kulit dunia untuk mengajarkan bedah kulit di Solo (Jawa Tengah) dan Jakarta (RS Persahabatan). Bulan Maret 2000, Pierre Fournier memberikan kursus liposuction di RS Persahabatan Jakarta.  Bulan Maret 2002, kembali Lawrence Field datang ke Indonesia untuk memberikan kursus liposuction di Cimahi/Bandung, Padang dan Medan .
 DEFINISI:
Liposuction (bedah sedotlemak): adalah suatu cara menghilangkan lemak tubuh  dengan cara membuat lubang kecil pada kulit dan mengeluarkan lemak tersebut dengan tenaga vakum (sedot) (2) 
INDIKASI LIPOSUCTION :  (1,4)
1.Tujuan utama adalah body contouring: membuang lemak  bagian tubuh yang tidak diinginkan , sehingga bentuk tubuh secara kosmetis lebih baik.
Liposuction is easy, lipocontouring (sculpturing) is difficult (Fournier) 
2.Pengobatan kegemukan. Liposuction digunakan untuk mengurangi lemak pada penderita kegemukan, sehingga mengurangi penyakit-penyakit sistemis akibat kegemukan dan membuat kualitas hidup penderita menjadi lebih baik. 
INDIKASI nonkosmetik liposuction (1)
Di rintis dan di kembangkan oleh para ahli bedahkulit, antara lain untuk terapi lipoma, angiolipoma, hiperhidrosis aksilaris, mengeluarkan hematoma, lymphedema,dsb
Selain itu  liposuction digunakan juga sebagai terapi anti- kanker dan tumescent anesthesia dapat digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan obat anti-kanker (5)
 KONTRAINDIKASI LIPOSUCTION:
1.Pasien dengan gangguan perdarahan, anemia . Termasuk pasien yang meminum aspirin (asam asetosalisilat) harus dihentikan 1-2 minggu sebelum pembedahan.
2.Pasien dengan keadaan umum yang buruk (gangguan jantung, paru, dsb) 
KOMPLIKASI:
1.Komplikasi dari setiap pembedahan:
a.perdarahan
b.infeksi:  necrotizing fasciitis
c.tromboembolisma
 2.Komplikasi dari liposuction:
a.kulit tidak rata
b.hematoma
c.seroma
d.intravenous fluid overload (pulmonary edema)
e.toksisitas dari lidokain
f.perforasi: hampir tidak pernah terjadi pada pembiusan lokal
g.fat emboli
 KEMATIAN PADA LIPOSUCTION  (9)
Kematian dapat terjadi pada setiap pembedahan, termasuk liposuction. Sebab utama adalah anesthetic death (terutama bius total) , thromboemboli dan keadaan umum (membuang terlalu banyak lemak dalam satu saat).
Yang menarik, angka kematian pasca liposuction pada tahun 1999 di Amerika Serikat adalah: angka kematian liposuction yang dilakukan para  anggota American Society of Plastic and Reconstructive Surgeons (ASPRS)  adalah 1:5000; bandingkan dengan angka kematian anggota American Academy of Cosmetic Surgery (AACS= perkumpulan  bedah kosmetik multi disiplin) adalah 1:40.000. Berarti angka kematian yang dilakukan anggota ASPRS adalah 8 kali lebih besar (8).  Dalam perkembangannya, ASPRS juga menganjurkan anggotanya menggunakan  tumescent anesthesia , sehingga angka kematian pasien menjadi  lebih rendah.
 
KESIMPULAN:
Sedotlemak (liposuction) dan injeksi lemak (lipoinjection) adalah tindakan kosmetis yang cukup aman bilamana dokter memahami dengan benar, melakukan dengan teknik aman, memperhitungkan dosis dan mencegah segala kemungkinan komplikasi yang mungkin timbul. Hasil liposuction adalah efektif, dengan derajat kepuasan pasien yang tinggi.
 Lipoinjection merupakan bahan pengisi yang alamiah dan aman, walaupun terkadang harus dilakukan pengulangan.
Dokter bedahkulit memberikan peran yang besar dalam evolusi liposuction di dunia.
 Kepustakaan:
  1.Flynn TC; Coleman III, WP; Field, LM; Klein, JA; Hanke CW: History of Liposuction,    Dermatologic Surgery  26(6), June 2000: 515-520 
2.Djuanda,E. Liposuction Membentuk Tubuh Dengan Sedot Lemak, Jakarta: Balai Penerbit F.K.U.I. 1996 
3.Djuanda,E:  Liposuction surgery in Indonesia:my technique. Int J of Aesth Surg, vol 37 supl. April 2000:   69
 4.Fournier P. Liposculpture: The Syringe Technique. Paris: Arnette Blackwell, 1991:243–8
5.Horn,LCE; Fischer,U; Hockel,M: Occult tumor cells in surgical specimens from cases of early cervical cancer treated by liposuction-assisted nerve-sparing radical hysterectomy International Journal of Gynecological Cancer 11 (2), 159-160
6.Klein AW; Elson ML: The History of Substances for Soft Tissue Augmentation
 Dermatologic Surgery 26  (12),Dec 2000: 1096-1105

7.Klein JA. Tumescent Technique, tumescent anesthesia & microcannular liposuction. St Louis: Mosby 2000
8.NEWSLINE American Academy of Cosmetic Surgery vol.14 number 4 July/August 2000.
9.Shiffman MA. Liposuction Disasaters.  3rd World Congress of International Congress of Aesthetic Surgery, Tokyo 8-10 April 2000 
10. Klein JA. Tumescent technique for local anesthesia improves safety in large-volume liposuction. Plast Reconstr Surg 1993 Nov;92:1085-98;

---oooOooo---
CATATAN : makalah ini hanya RANGKUMAN DARI MAKALAH YANG LEBIH LENGKAP.Seminar untuk Dokter diselenggarakan dalam rangka Temu Ilmiah Akbar FKUI, dilakukan oleh Bagian Ilmu Penyakit Kulit-Kelamin  dan Bagian Bedah Plastik FKUI pada 20 April 2001.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar